Breaking News

Fraksi Gerindra dan Hanura Walk Out dari Rapat Paripurna DPRD Malut, Suasana Sidang Memanas hingga Adu Mulut Pecah di Ruang Sidang.

Sofifi, MimbarKieraha.comSuasana rapat paripurna DPRD Provinsi Maluku Utara mendadak memanas ketika dua fraksi, yakni Partai Gerindra dan Partai Hanura, memilih walk out dari ruang sidang. Aksi itu terjadi dalam rapat paripurna pembahasan jawaban kepala daerah terhadap pandangan umum fraksi-fraksi atas Rancangan Peraturan Daerah (Ranperda) tentang APBD Tahun Anggaran 2026.

Rapat yang dipimpin Wakil Ketua DPRD Malut, Husni Bopeng, dan dihadiri Wakil Gubernur Malut, Sarbin Sehe, sejak awal berlangsung dalam suasana tegang. Ketegangan bermula saat sejumlah anggota DPRD seperti Nazlatan Kasuba dan Iswanto mengajukan instruksi, namun tidak direspons oleh pimpinan sidang. Husni Bopeng justru memberikan kesempatan kepada Wakil Gubernur untuk menyampaikan jawaban atas pandangan fraksi terkait Ranperda APBD 2026.

Sikap pimpinan sidang yang dinilai mengabaikan hak bicara anggota membuat Fraksi Gerindra dan Hanura mengambil langkah tegas dengan keluar dari ruang sidang. Satu anggota DPRD dari Partai Golkar bahkan ikut bergabung dalam aksi walk out tersebut.

Menurut informasi yang dihimpun wartawan, aksi walk out kedua fraksi itu dipicu oleh kekecewaan terhadap ketidakhadiran Gubernur Maluku Utara dalam beberapa kali rapat paripurna penting. Mereka menilai kehadiran wakil gubernur tidak dapat menggantikan tanggung jawab kepala daerah dalam memberikan jawaban politik atas pandangan fraksi.

Ketegangan semakin meningkat setelah Wakil Gubernur Sarbin Sehe menyampaikan jawabannya. Anggota DPRD dari Fraksi Golkar, Agriati Yulin Mus, mengajukan instruksi lantaran menilai jawaban yang disampaikan tidak menyentuh semua poin penting dari pandangan fraksi. Yulin juga mempertanyakan rencana penghapusan tunjangan tambahan penghasilan (TPP) bagi ASN di lingkup Pemprov Malut.

Namun, pernyataannya langsung dipotong oleh Husni Bopeng yang menilai persoalan tersebut telah dijawab sebelumnya. Pemotongan itu memicu kemarahan Yulin Mus. Adu mulut pun tak terhindarkan antara Yulin dan pimpinan sidang. Situasi kian panas ketika mikrofon Yulin dimatikan oleh operator, sementara beberapa anggota lain seperti Muksin Amrin dan Ali Sangaji tetap diberi kesempatan berbicara.

“Pimpinan sidang seharusnya memberikan ruang yang sama kepada semua anggota untuk menyampaikan pandangan. Jangan pilih kasih,” tegas Yulin dengan nada tinggi.

Setelah perdebatan berlangsung panas, Husni Bopeng akhirnya menutup rapat paripurna tanpa menanggapi instruksi lanjutan dari anggota DPRD. Rapat pun berakhir dengan suasana penuh ketegangan dan ketidakpuasan dari sebagian anggota dewan.

(Redaksi)

Iklan Disini

Masukan Kata yang mau dicari

Close