Breaking News

Kuburan Emas Kusubibi : Tragedi kelam tahun 2020 yang Disembunyikan dari Halmahera Selatan

Suasana Area pekerja tambang Desa Kusubibi

Halmahera Selatan, MimbarKieraha.com - Di balik tambang emas Desa Kusubibi, Kecamatan Bacan Barat, tersimpan kisah kelam yang nyaris dikubur hidup-hidup oleh waktu. Tambang rakyat yang sejak 2015 digarap secara liar dan mulai ramai di 2019, ini bukan sekadar lubang emas ia telah berubah menjadi liang maut yang menelan banyak nyawa tanpa catatan resmi.

Tragedi terbaru terjadi pada 7 Agustus 2024, ketika hujan deras mengguyur lokasi tambang. Lubang-lubang galian yang dangkal tapi rapuh tergenang air. Para penambang panik, berusaha menahan limpasan air dengan papan seadanya, sementara sebagian lain mencoba memompa keluar air dari perut bumi. Namun upaya itu sia-sia. Empat penambang tewas dalam catatan jurnalis terjebak di kedalaman lubang tambang, dan baru ditemukan setelah evakuasi panjang pada 8 Agustus 2024.

Tragedi itu akhirnya memaksa polisi dan pemerintah daerah menutup seluruh aktivitas tambang. Larangan dikeluarkan, spanduk imbauan dipasang, dan janji penertiban digaungkan. Namun di balik tindakan formal itu, terselip bau busuk masa lalu yang masih mengendap tentang tragedi yang jauh lebih besar dan nyaris tak pernah diungkap ke publik.

Warga setempat mengaku masih menyimpan ingatan pahit tentang peristiwa tragis di tahun 2020. “Itu bukan kecelakaan biasa. Banyak korban, puluhan bahkan mungkin ratusan. Tapi sampai sekarang tidak pernah ada berita resmi,” ungkap seorang penunjang karyawan kongsi tambang yang menolak disebut namanya.

Menurut catatan internal para pekerja tambang kala itu, longsor besar menelan banyak penambang dari luar daerah. Lubang runtuh, tanah menutup mereka hidup-hidup. Tak ada laporan resmi ke pihak berwenang, tak ada evakuasi massal. Mayat-mayat penambang tidak jelas laporannya, sementara lokasi tambang tetap dijaga ketat oleh oknum yang diduga memiliki kepentingan bisnis di balik operasi ilegal tersebut.

Evakuasi korban

Ironisnya, media yang sempat menulis kejadian itu justru memelintir fakta. Berita yang muncul di beberapa kanal hanya menyebut “kisah asmara berujung maut di tambang emas Kusubibi”. Padahal di balik narasi ringan itu, tersembunyi tragedi kemanusiaan yang tak pernah diselidiki.

“Waktu itu aparat datang, tapi tidak lama. Setelah itu sepi, seperti tidak pernah terjadi apa-apa,” ujar seorang warga tua yang menjadi saksi mata. “Kami tahu banyak korban, tapi siapa yang mau dengar? Semuanya bungkam.”

Keterlibatan pihak-pihak berpengaruh dalam aktivitas tambang ilegal ini diduga menjadi alasan kuat mengapa kasus ini dikubur dalam-dalam. Tambang yang seharusnya menjadi sumber penghidupan warga malah berubah menjadi kuburan sunyi yang ditutup rapat oleh kepentingan ekonomi dan kekuasaan.

Kini, setelah peristiwa 2024 kembali menelan korban, masyarakat menuntut agar tragedi di Kusubibi dibuka terang-benderang. Mereka mendesak aparat penegak hukum dan pemerintah turun tangan, bukan sekadar menutup tambang, tapi mengungkap apa yang selama ini disembunyikan, dikarenakan banyak oknum yang terlibat.

“Kalau negara masih punya hati nurani, buka kebenaran ini. Jangan biarkan tambang itu terus jadi kuburan emas,” tegas seorang tokoh masyarakat Kusubibi dengan nada getir.

Iklan Disini

Masukan Kata yang mau dicari

Close