
MimbarKieraha.com —Kabar duka menyelimuti seluruh wilayah Halmahera Utara pada Jumat, 5 Desember 2025. Mantan Bupati Halmahera Utara, Ir. Hein Namotemo, M.SP., salah satu tokoh besar Tobelo–Galela, wafat sekitar pukul 10.22 WIT di RSUD Tobelo.
Kepergian sosok yang memiliki pengaruh kuat dalam pembangunan daerah ini menjadi pukulan mendalam bagi masyarakat, terutama warga Tobelo - Galela yang selama ini memandangnya sebagai pemimpin bersahaja, penjaga nilai adat, sekaligus pengayom rakyat.
Bagi banyak orang, Hein Namotemo bukan sekadar mantan kepala daerah. Ia adalah figur yang selama puluhan tahun terlibat aktif dalam dinamika pemerintahan, sosial, dan kebudayaan Halmahera Utara. Lahir pada 24 November 1959, almarhum menempuh pendidikan tinggi di Universitas Pattimura dan kemudian melanjutkan di Institut Teknologi Bandung.
Kariernya dimulai dari birokrasi, di mana ia pernah menjabat sebagai Kepala Seksi dan Kepala Bidang Ekonomi pada Bappeda Kabupaten Maluku Utara sebelum kemudian memasuki ranah kepemimpinan daerah.
Nama Hein Namotemo mulai berada di panggung utama ketika ia dipercaya memimpin Halmahera Utara sebagai Bupati selama dua periode, yakni 2005–2010 dan 2010–2015.
Di masa tersebut, ia dikenal sebagai pemimpin yang menaruh perhatian besar pada stabilitas pemerintahan, pembenahan tata kelola, serta pembangunan infrastruktur dasar - seperti pembukaan akses jalan baru, penguatan konektivitas antarwilayah, dan perluasan layanan publik.
Jejak pembangunan pada masa kepemimpinannya masih dirasakan hingga saat ini, terutama di wilayah-wilayah terpencil yang dulu mulai tersentuh pembangunan berkat program strategisnya.
Selain rekam jejak pemerintahan, Hein Namotemo dikenal luas sebagai salah satu tokoh adat berpengaruh di Tobelo - Galela.
Ia sering terlibat dalam forum budaya dan proses penyelesaian sosial berbasis adat, menjadikannya figur yang dihormati bukan hanya karena jabatan, melainkan karena kedalaman komitmennya menjaga keharmonisan masyarakat.
Pengaruhnya di ranah sosial dan adat membuat namanya tetap relevan dan dihargai jauh setelah masa jabatannya berakhir.
Kepergian almarhum memicu gelombang duka yang meluas. Dari tokoh adat, pejabat daerah, pemimpin agama, hingga masyarakat biasa, semuanya menyampaikan belasungkawa dan mengenang dirinya sebagai pemimpin yang dekat dengan rakyat, tak segan menyapa, dan tidak menjauh dari akar budaya.
Banyak warga menilai, hilangnya Hein Namotemo berarti hilangnya salah satu pilar penting dalam sejarah perjalanan Halmahera Utara modern.
Selamat jalan, Bapak Hein Namotemo.
Semoga amal baktimu diterima di sisi Tuhan Yang Maha Esa, dan keluarga yang ditinggalkan diberikan ketabahan serta kekuatan dalam menghadapi duka yang mendalam ini.
Redaksi : Yusri
Social Footer